UAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Senin, 24 Mei 2010 23.27 by Deasy Anggreini 8 komentar
baru kali ini ngejalanin ujian secara online..
berharap yang terbaik..
semoga sukses!!!
^^

LAPORAN PROYEK

Kamis, 06 Mei 2010 08.54 by Deasy Anggreini 0 komentar
Untuk mengunggah laporan proyek, silahkan klik disini......

Anggota kelompok :
Putri Carolina (09-004)
Rezki Wulandari (09-006)
Deasy Anggreini P. (09-008)
Yurisqa Shadila (09-012)
Shofia Mawaddah (09-040)

TUGAS DISKUSI 3


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan Anak Usia Dini Di Indonesia
Wujud kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini di Indonesia sebanernya sudah ada, bahkan akhir-akhir ini PAUD mendapat banyak perhatian dari masyarakat, pemerintah, swasta, seperti sudah adanya Lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini seperti Bina Keluarga Balita, Posyandu, Penitipan anak, kelompok bermain, pusat PAUD, Taman Kanak-Kanak, dll. Namun Pendidikan anak usia dini di Indonesia masih belum optimal dikarenakan hal-hal dibawah ini :

a. Belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan PAUD.
Perkembangan jumlah anak di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah fasilitas yang ada untuk PAUD. Lebih besar pertumbuhan anak di Indonesia daripada fasilitas yang ada dalam menunjang PAUD. Memang sadah ada fasilitas atau sarana yang dibuat oleh pemerintah maupun swasta demi menunjang terlaksananya PAUD, namun belum merata.

Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan hal-hal dibawah ini :
>Pemerintah diharapkan mendahulukan anggaran untuk pembangunan PAUD.
>Pemerintah dapat bekerja sma dengan pihak swasta demi pengembangan PAUD.

b. Kurangnya kualitas/kuantitas guru atau pamong PAUD.
Jumlah guru-guru/pamong jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah guru pada strata pendidikan yang lain. Kurangnya minat lulusan atau masyarakat untuk manjadi guru anak usia dini juga merupakan kendala pembangunan PAUD di Indonesia.

Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan hal-hal dibawah ini :
>Perlu ada kenaikan pendapatan bagi guru anak usia dini.
>Pemerintah perlu mengalokasikan dana anggaran untuk meningkatkan gaji guru PAUD.
>Pihak swasta diharapkan dapat berkontribusi dalam mendirikan institusi pendidikan yang mencetak guru-guru anak usia dini.

c. Kurangnya mutu PAUD.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dapt dilakukan hal-hal dibawah ini :
>Pemerintah diharap memperbaiki acuan pembelajaran PAUD.
>Pemerintah dan institusi swasta dapat secara kreatif memperkaya faktor-faktor pembelajaran selama ini.
>Pemerintah dan institusi swasta dapat melakukan studi banding ke prasekolah yang berhasil, baik yang diluar begeri dan di dalam negeri.

d. Kurangnya pengertahuan orang tua akan pentingnya PAUD.
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anaknya dimulai sejak dia masuk taman kanak-kanak atau bahkan SD. Padahal sebenarnya pendidikan pada usia dini dapat membantu meningkatkan perkembangan kognitif anak. Masyarakat masih belum mengetahui dan memahami pentingnya PAUD bagi anaknya.

Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan hal-hal dibawah ini :
>Pemerintah ataupun swasta mengadakan institusi pendidikan bagi orang tua tentang anak usia dini (parenting school) yang dapat terjangkau oleh semua kalangan.
>Pembinaan PAUD ke pelosok-pelosok daerah, tidak hanya dari posyandu tetapi juga dengan sistem door to door dan terjun langsung ke masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan kolaborasi antara Depdiknas, Depsos, Depag wilayah setempat, pemda dan tokoh-tokoh wilayah setempat, dan kader-kader wilayah tersebut yang mampu mengemban tugas tersebut.
>Mengadakan lembaga PAUD yang terjangkau bahkan Cuma-Cuma untuk masyarakat kurang mampu dengan subsidi dari aparat pemerintah dan masyarakat setempat, atau bisa juga dilakukan program TK keliling.

e. Kebijakan Pemerintah akan PAUD yang belum memadai.
Alokasi dana Rp. 17 triliun untuk PAUD tidak cukup untuk perkembangan pendidikan di Indonesia.

Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan hal-hal dibawah ini :
>Pemerintah sebaiknya mengubah kebijakan agar PAUD menjadi kondisi yang diutamakan untuk masuk SD.
>Pengganggaran dana untuk PAUD lebih ditingkatkan.
>Meningkatkan pendapatan guru PAUD baik di pusat maupun daerah.
>Mendirikan unfrastruktur pusat PAUD secara merata.

Pendidikan anak Usia Di Luar Negeri
Tujuan TK tercantum dalam Pasal 77 UU Pendidikan Jepang. TK atau youchien (幼稚園)bertujuan untuk mengasuh (保育) anak-anak usia dini, memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pasal 78 dijelaskan tata caranya :

1. Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman dan menyenangkan.
2. Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerja sama.
3. Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi
4. Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesamanya
5. Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.

TK mengintrepretasikan tujuan tersebut dalam silabus pembelajaran yang hampir sama di setiap sekolah.
Dapat dilihat bahwa PAUD di Jepang sidah dimasukkan sebagai bagian dari UU Pendidikan Negara Jepang.

Selain negara Jepang banyak lagi negara-negara lain yang mengganggap PAUD itu sangat penting. Negara-negara seperti Arkansas, California, Florida, Illinois, Kansas, Michigan, New Jersey, New Mexico, New York, Pennsylvania, negara-negara Washington dan Wisconsin bahkan mngikuti organisasi the National Institute for Early Education Research at Rutgers University (NIEER) yang mengupayakan peningkatan anggaran negara untuk PAUD. Selain itu, NIEER juga memeberikan informasi kepada negara-negara terkait dalam meningkatkan mutu pendidik untuk PAUD.



Daftar Pustaka :
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21074248.pdf
http://eprints.undip.ac.id/1403/3/METYANA_C.pdf
http://www.pdfqueen.com/pdf/pa/paud-di-jepang/
http://www.pewtrusts.org/our_work_report_detail.aspx?id=17526&category=92




Putri Carolina (09-004)
Rezki Wulandari (09-006)
Deasy Anggreini P. (09-008)
Yurisqa Shadila (09-012)
Shofia Mawaddah (09-040)

Salah comment tugas

aduh...
teman-teman banyak yang salah comment...
mereka pada comment di tugas kelompok..
gimana ya???
jadi berkurang commentnya....
BUKAN MENCARI SIAPA YANG SALAH ; TUGAS INDIVIDU 3

Terlahir sebagai anak perempuan yang memiliki seorang kakak dalam sebuah keluarga terhormat. Mungkin hal seperti ini banyak diinginkan anak-anak dalam keluarga lain. Banyak orang bijak berkata “pelangi selalu berada di atas kepala orang lain”.
Anak perempuan yang menurut orang lain beruntung itu merasakan hidup yang berbeda dari anak-anak lain. Bagi orang lain itu adalah keberuntungan, bagaimana menurut anak perempuan itu???. Tak ada orang yang tahu.
Anak perempuan itu dibesarkan dengan kemewahan, segala yang dia inginkan pasti ia dapatkan, namun semua kemewahan itu adalah bayaran atas tidak bisanya ia bergaul dan bersosialisasi dengan sembarangan orang. Anak itu terbiasa hidup sendiri, kehidupannya hanya seputar kamar, sekolah dan setelah pulang sekolah ia bermain dengan segala macam mainannya. Anak perempuan ini memiliki seorang kakak, tetapi hubungannya dengan kakaknya tidak baik, kakaknya memiliki kelebihan berupa kecerdasan yang melebihi anak itu sehingga anak perempuan itu selalu diremehkan oleh sang kakak. Setiap anak perempuan itu memiliki kepandaian baru , ia tidak pernah dipuji oleh kakanya ataupun orang tuanya. Orang tuanya menganggap keahliannya bukan sesuatu yang hebat dan pantas untuk diberi reward, karena sang kakak sudah bisa dan mahir melakukan hal itu terlebih dahulu.
Anak perempuan ini tidak pernah mendapat reward yang sepantasnya ia dapatkan atas prestasinya, lagi-lagi karena sang kakak selalulebih hebat dari dia. Hal seperti ini terus berlanjut sampai ia duduk di bangku SMA. Ketika SMA sang kakak berhasil masuk ke sekolah favorite yang berisi anak-anak dengan kecerdasan di atas rata-rata. Sementara anak perempuan itu masuk ke SMA negeri biasa, ketika masuk SMA anak perempuan itu berhasil masuk kelas unggulan melalui tes yang diadakan sekolah, tapi lagi-lagi setelah ia masuk, ia tak mendapat reward atas prestasinya. Sang kakak selalu dielu-elu kan di rumah ataupun di depan kolega-kolega orang tuanya. Semakin anak perempuan itu dewasa ia mulai merasa ada jurang antara dirinya dan sang kakak, karena mendengar elu-elu-an hanya untuk kakaknya, anak perempuan itu mulai merasa terpuruk. Ia merasa segala yang ia perbuat dianggap kecil oleh orang tuanya. Selama ini ia ingin mengukir prestasi untuk membanggakan orang tua dan untuk masa depannya. Tetapi setelah ia merasa terpuruk, alasan ia untuk berprestasi pun berkurang satu. Ia sudah tak berharap akan kebanggaan orang tuanya terhadap dirinya dan prestasi yang diukirnya. Hal ini terus berlanjut hingga anak perempuan itu menjadi mahasiswa.
Sang kakak berhasil masuk ke fakultas favorite di universitas ternama, tiada yang lebih membanggakan kecuali hal ini. Sementara anak perempuan itu hanya masuk fakultas biasa di universitas yang sama dengan kakaknya.
Pada masa inilah muncul kejadian besar. Dimana orang tua mereka harus menerima surat pernyataan DROP OUT sang kakak. Orang tua mereka merasa hancur, merasa habislah sudah harapan mereka, tanpa mereka sadari bahwa mereka memiliki satu anak perempuan lagi. Mereka tidak sadar akan hal ini, sampai anak perempuan itu merasa semakin terpuruk. Karena kekecewaan orang tuanya terhadap sang kakak, orang tuanya mulai mengharapkan anak perempuan mereka. Mereka mulai mengelu-elu kan anak perempuan itu dan berkata “sekarang kamu lah harapan kami satu-satunya”. Namun di lain pihak, sang kakak tetap mendapat sesuatu yang tidak sepantasnya ia dapat sebagai anak yang telah mengecewakan orang tuanya.
Setelah menjadi anak yang diharapkan, anak perempuan itu merasa terbebani dan merasa tersiksa. Anak perempuan itu merasa tidak adanya keadilan, merasa dia hanyalah CADANGAN dalam keluarganya. Dia merasa benci kepada kakaknya, dan merasa kecewa tehadap orang tuanya, karena selama ini orang tuanya tidak memberikan reward atas prestasinya, tapi sekarang orang tuanya sangat mendukung dan mengharapkan gelar sarjana dari anak perempuan itu untuk dapat dielu-elukan.
Salahkah anak perempuan itu merasa benci terhadap sang kakak???. Salahkah anak perempuan itu merasa kecewa atas orang tuanya???. Salahkah orang tua mengelu-elu kan anak terbaiknya???.
Bukan mencari pihak mana yang salah, hanya berharap cerita diatas dapat dijadikan pelajaran untuk siapapun yang membaca.


Terima Kasih

Tugas Diskusi 2

Hubungan Psikologi Pendidikan dengan Media Pembelajaran

Pertanyaan : Bagaimana peran media dalam mendukung keefektifan proses pembelajaran siswa di kelas?

Jawaban :

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar. Ada banyak jenis media pembelajaran yang digunakan. Banyak pandangan-pandangan yang digunakan oleh para ahli dalam mengelompokkan jenis-jenis media, antara lain :

a. menurut Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak):

1. Media audio

2. Media cetak

3. Media visual diam

4. Media visual gerak

5. Media audio semi gerak

6. Media visual semi gerak

7. Media audio visual diam

8. Media audio visual gerak

b. menurut Anderson (1976) menggolongkan jenis media menjadi 10 media:

1. audio : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon

2. cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar

3. audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

4. proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)

5. proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara

6. visual gerak : film bisu

7. audio visual gerak : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi

8. obyek fisik : Benda nyata, model, spesimen

9. manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran

10. komputer : CAI

c. menurut Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masa (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).

d. menurut Henrich, dkk menggolongkan media menjadi:

1. media yang tidak diproyeksikan

2. media yang diproyeksikan

3. media audio

4. media video

5. media berbasis komputer

6. multi media kit

Dari semua jenis media yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa jenis media terbagi menjadi 3 jenis besar yaitu media visual (diagram, bagan, teks, poster,dll), media audio (radio, tape recorder, lab. Bahasa, dll), Projected still media(slide, over head projektor (OHP), in focus) dan media audio-visual (film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer).

Dari wikipedia disebutkan bahwa multimedia adalah adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu dan koneksi sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.

William Ditto (2006) menyatakan definisi multimedia dalam ilmu pengetahuan mencakup beberapa aspek yang saling bersinergi, antara teks, grafik, gambar statis, animasi, film dan suara.Pada awalnya multimedia acapkali digunakan hanya untuk hiburan semata. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan berjalannya waktu, multimedia tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan tapi juga sarana pendidikan. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Adapun keuntungan-keuntungan menggunakan multimedia sebagai sarana pendidikan adalah sebagai berikut :

· Sistem pembelajaran menggunakan multimedia lebih interaktif dan inovatif.

· Mampu menimbulkan rasa senang selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga meningkatkan motivasi siswa.

· Mampu menggabungkan teks, gambar, audio, visual yang akan mendukung tercapainya tujan pembelajaran.

· Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak.

· Dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

· Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

· Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan.

· Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

· Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Dengan keunggulan-keunggulan dari penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran tentunya akan meningkatkan keefektifan pembelajaran siswa. Karena dengan menggunakan media yang ada siswa dapat dengan mudah menerima pembelajaran yang tentunya akan tercapai apabila siswa memiliki motivasi dan rasa ingin tau yang tinggi terhadap bahan ajar yang diberikan dan senantiasa menggunakan media sebagai sarana dalam pembelajaran.

Pada dasarnya keefektifan belajar tidak bergantung pada media apa yang digunakan. Secanggih apapun media yang digunakan dalam proses belajar, tidak akan memberikan hasil yang efektif apabila tidak ada kemauan dan motivasi dari siswa tersebut. Karena media dan teknologi yang ada saat ini hanya untuk membantu para siswa untuk lebih mudah dan efisien dalam belajar, bukan menjadi syarat utama membentuk pembelajaran yang efektif. Tapi yang paling utama adalah motivasi yang ada dalam diri siswa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Multimedia

http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2009/03/16/multimedia-dalam-dunia-pendidikan/

http://www.slideshare.net/rakimypk/multimedia-dalam-pembelajaran-457196

http://www.slideshare.net/rakimypk/multimedia-dalam-pembelajaran-457196

http://edu-articles.com/berbagai-jenis-media-pembelajaran/


Hubungan Psikologi Pendidikan dengan Teknologi Pembelajaran

Pertanyaan : Apakah kemajuan teknologi meningkatkan kefektifan proses belajar?

Kegiatan belajar dan mengajar yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan adalah pengajar berdiri di depan kelas menjelaskan materi pelajaran dan pelajar duduk, mendengarkan dan mencatat. Dan metode ini masih banyak kita jumpai dalam dunia pendidikan kita baik pada jenjang SD, SMP, SLTA maupun Perguruan Tinggi. Guru/Dosen sebagai subyek yang dianggap serba tahu dan pelajar menjadi obyek yang hanya bisa menerima apa yang diterangkan oleh guru karena guru adalah penyedia informasi yang membantu siswa memperoleh kecakapan dan pengetahuan. Dalam konteks proses pembelajaran hal ini menggambarkan sebuah metode pembelajaran yang monoton karena interaksi yang terjadi bersifat satu arah dan peserta didik tidak bisa dieksplorasi kreatifitasnya dengan kata lain proses pengajaran berpusat pada guru.

Seiring dengan perkembangan jaman yang ditandai penemuan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sistem pengajaran tradisional yang berpusat pada guru sudah saatnya diubah ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator –pembimbing siswa- yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kecakapan dan membangun pengetahuan mereka sendiri.

Penerapan e-learning dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya di Indonesia lebih cocok difungsikan sebagai komplemen dari pembelajaran tatap muka di kelas serta untuk menambah jam tatap muka di kelas. Berbagai keunikan dari e-Learning ternyata tidak hanya dari sudut pandang teknologi saja, namun lebih pada unsur pedagogis. Fakta dan keunikan yang menarik tersebut antara lain :

· Lewat pembelajaran mandiri (self-paced) yang ada dalam e-Learning, memberikan tantangan dan kesempatan kepada para siswa untuk belajar lebih cepat ataupun lambat. Hal ini dikarenakan dalam ruang kelas virtual telah tersedia berbagai sumber belajar dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, dan siswa memiliki kesempatan belajar hal-hal baru diluar sesi yang tengah dijalaninya. Selain itu lewat belajar mandiri, siswa terbebas dari tekanan seperti halnya ketika mereka belajar di kelas, sehingga mereka akan mudah untuk belajar.

· Pembelajaran bersifat self-directed atau diarahkan sendiri, sehingga mereka dapat memilih konten dan perangkat yang sesuai pada minat, kebutuhan dan tingkat keterampilan yang ingin mereka dapatkan. Harapan dari proses seperti ini adalah siswa nantinya akan mampu dan percaya diri untuk mengambil inisiatif mandiri (proactive learner) dalam belajar dalam menentukan kebutuhan belajarnya, memformulasikan tujuan pembelajaran mereka, mengidentifikasi sumber belajar, mampu memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai serta mampu mengevaluasi hasil belajar mereka. (Malcolm Knowles, 1975)

· Mengakomodasi berbagai gaya belajar dan menggunakan berbagai cara penyampaian untuk berbagai tipe pembelajar yaitu tipe Visual lewat penggunakan gambar, grafik/diagram serta visual lain, tipe Aural lewat penggunaan musik dan suara, tipe Verbal lewat penggunaan kata dan pidato, tipe Physical dengan penggunaan badan, tangan dan sentuhan (ketika mereka menggunakan komputer dan alat bantu lain untuk belajar dan mengerjakan tugas), tipe Logicallewat penggunaan logika, alasan dan sistem, tipe Social (Intrapersonal) lewat belajar dalam kelompok dengan siswa lain, dan tipe Solitary lewat belajar mandiri.

· Siswa dapat belajar 24/7 (24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu) – kapan saja, dan dimana saja (asalkan tersedia koneksi Internet). Hal ini merupakan kelebihan e-Learning dimana siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Mereka dapat mengakses bahan ajar yang ada kapan saja, karena telah terupload dalam ruang kelas virtual.

· Mengembangkan kemampuan berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman lain lewat kerja kelompok serta meningkatkan frekuensi kontak antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Mereka serasa berdekatan dengan dosen dan rekan sejawatnya, karena mampu mengajukan pertanyaan (jika mengalami kesulitan) kepada dosennya kapan saja lewat fasilitas yang tersedia (misalnya Forum Diskusi). Karena tidak bertemu langsung dengan dosen, seringkali mereka justru lebih leluasa dan berani untuk memberikan ide, bertanya dan berpendapat tentang suatu materi dibandingkan ketika mereka berdiskusi dalam kelas tatap muka.

· Meningkatkan keterampilan komputer dan Internet. Lewat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran, maka secara tidak langsung, kemampuan dan keterampilan penggunaan teknologi akan ikut terasah.

Nilai-nilai diatas inilah yang sepantasnya menjadi pertimbangan tersendiri dalam penerapan e-Learning di sekolah ataupun universitas untuk mendukung proses pembelajaran yang ada. Banyak nilai positif yang dapat diadopsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Dari penjabaran mengenai e-learning yang dirangkum dalam 6 point diatas, dan apabila ke-6 point ini diterapkan maka akan terbentuk pembelajaran yang efektif.

· http://gora.wordpress.com/2009/06/14/penerapan-e-learning-di-sekolah-tidak-sekedar-pengembangan-dan-implementasi-teknologi/

· http://guruprofesional.net/blog/2009/11/12/penerapan-e-learning-di-sekolah-tidak-sekedar-pengembangan-dan-implementasi-teknologi/

· http://ahkensepanjangmasa.blogspot.com/2009/05/cara-belajar-efektif-dengan-it.html

· http://dororodo.wordpress.com/2008/07/11/e-lerning-sebagai-alternatif-cara-belajar/

· http://www.bloggaul.com/yannugrohosaleh/readblog/82784/peran-teknologi-dalam-pendidikan


Ragam Model Pembelajaran

Pertanyaan: Model pembelajaran bagaimanakah yang efektif saat ini?

Jawaban : Pembelajaran adalah proses pencarian ilmu pengetahuan sacara aktif atau proses perumusan ilmu, bukan proses pengungkapan ilmu semata. Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Dalam proses pembelajaran pada diri peserta didik harus ditanamkan rasa percaya diri dan rasa mampu, bisa meyumbangkan sesuatu, menjadi bagian dari masyarakat dan memiliki hubungan dengan orang dewasa yang saling menyayangi dan memiliki kendali atas masa depannya sendiri.

Menurut Sudjana yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Untuk kali ini, kami akan menjelaskan tentang beberapa model pembelajaran, diantaranya :

1. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Jadi, lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.

Ciri-ciri pembelajaran langsung :

a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran berlangsung lancar

c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan pembelajaran berhasil

Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan siswa untuk memasuki materi baru dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari. Fase ini dilakukan untuk memberi motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.

Setelah itu, dilanjutkan dengan presentasi materi belajar atau demonstrasi mengenai keterampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yasng telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah tugas. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif.

Menurut Stahl (1994) dalam bukunya Ismail (2003), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
1.
Belajar dengan teman

2. Tatap muka antar teman

3. Mendengarkan antar anggota

4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5. Belajar dalam kelompok kecil

6. Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat atau gagasan

7. Siswa membuat keputusan, dan

8. Siswa aktif

Sedangkan menurut Johnson (1984) belajar kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1. Saling ketergantungan yang positif

2. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu

3. Heterogen

4. Berbagi kepepimpinan

5. Berbagi tanggungjawab

6. Ditekankan pada tugas dan kebersamaan

7. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan social

8. Guru mengamati, dan

9. Efektivitas tergantung pada kelompok

Dengan demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama

2. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

3. Jika dalam kelas terdapat siswa- siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.

4). Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan.

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (3–5 siswa per kelompok). Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tenatng materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa secara sendiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok. Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggung jawab secara bersama, yakni: dengan cara berdiskusi, saling tukar idea atau gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-bersama.

Kesimpulan :

Sebenarnya ada banyak ragam model pembelajaran yang dapat menjadi pilihan kita dalam memberikan pembelajaran di kelas pada peserta didik, yang penting tujuan akhir dari ragam pembelajaran tersebut dapat tercapai.

http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/ragam-model-pembelajaran.html

http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/18/ragam-metode-pembelajaran/

http://sweetyhome.files.wordpress.com/2009/08/berkas-cooperative-learning2.pdf

http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/macam-macam-metode-mengajar/

http://tpers.net/?p=713

Anggota Kelompok :

Putri Carolina (09-004)

Rezki Wulandari (09-006)

Deasy Anggreini P. (09-008)

Yurisqa Shadila (09-012)

Shofia Mawaddah (09-040)


testimoni: kuliah online asyik tapi capek karena waktunya singkat


E-LEARNING ADALAH AWAL UNTUK TERBENTUKNYA UBIQUITOUS COMPUTING ; TUGAS 2

• E-LEARNING
E-learning adalah pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronik. E-learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan melalui network (jaringan). Fokus E-learning adalah pada LEARNING (pembelajaran), bukan pada electronic. Maka, electronic hanyalah sebagai tools saja.
Ciri khas pada e-learning adalah tidak tergantung pada waktu dan ruang (tempat).Teknologi ini telah memperpendek jarak antara pengajar dan peserta didik.
E-learning sebagai proses pelajaran yang menggunakan aplikasi TIK memerlukan dukungan infrastruktur dan superstuktur lain yang terkait dengan lembaga pendidikan dan pengajar maupun peserta didik. Maka, keberhasilan penggunaan e-learning dipengaruhi juga oleh daya beli yang dimiliki pengajar dan peserta didik terhadap fasilitas TIK yang dibutuhkan untuk mengakses internet. Beberapa bentuk fasilitas TIK yang digunakan pada e-learning adalah computer, modem, laptop atau note book. E-learning semakin efektif apabila fasilitas TIK diatas dimiliki secara perorangan.

• APA ITU UBIQUITOUS COMPUTING
Ketika mendengar seseorang mengucapkan istilah ubiquitous computing kita pasti merasa janggal, karena istilah ini masih lah istilah awam bagi orang-orang yang belum akrab dengan dunia internet dan semacamnya.Bukan hanya ketika mendengar saja kita merasa janggal, ketika melafalkannya juga kita merasa sangat sulit. Namun, di benak kita pasti terlintas rasa ingin tahu mengenai istilah ini.
Ubiquitous computing adalah sejenis sebutan untuk generasi dimana pada generasi itu menekankan distribusi computer ke lingkungan, ketimbang ke personal, pada masa ini diharapkan teknologi akan menjadi latar belakang.Pada masa ini juga nantinya perangkat teknologi umum seperti telepon dan perangkat elektronik lain akan langsung terkoneksi dengan internet, sehingga ada kemungkinan para pengguna pada era ini tidak menyadari perangkat mana saja yang ada di lingkungannya yang terkoneksi.
Pada era Ubiquitous computing, computer akan dipaksa untuk eksis di dunia manusia. Perangkat kompuuter baru sejenis computer yang kecil, dan mobile akan lebih cocok untuk pendidikan ketimbang menggunakan computer personal. Di era ubiquitous computing perangkat-perangkat baru tersebut dipasangkan dengan jaringan murah, sehingga para murid bisa membawa perangkat informasi personal ke lapangan untuk membantu mengerjakan tugas dan bisa dibawa pulang.

• HUBUNGAN E-LEARNING DENGAN UBIQUITOUS COMPUTING
Dengan membaca penjelasan singkat diatas, kita bisa membuat kesimpulan bahwa ubiquitous computing adalah masa depan e-learning.
Menurut saya, sekarang ini adalah masa dimana e-learning sedang di galakkan oleh pemerintah melalui perantara pengajar, hal ini mulai terlihat dengan banyaknya pengajar yang menyarankan para pelajar untuk mendalami ilmu atau mencari ilmu dari situs-situs pendidikan di internet. Seperti layaknya saya sekarang sebagai seorang mahasiswi fakultas psikologi universitas sumatera utara yang mengambil mata kuliah psikologi pendidikan dimana saya diminta untuk lebih mau mengenal internet, dengan cara membuat blog saya sendiri, mengumpulkan tugas dari internet, melakukan up loadpada beberapa tugas. Ini lah perwujudan dari e-learning tadi. Namun pada masa sekarang menurut saya e-learning masih akan cukup lama untuk benar-benar dilakukan secara efektif karena berbenturan dengan harga perangkat yang digunakan, di Indonesia harga perangkat internet masih bisa dikatakan mahal, apalagi agar terbentuk e-learning yang efektif diharapkan masing-masing pelajar memiliki perangkat tersendiri.
Tetapi, apabila e-learning nantinya bisa dilakukan secara efektif maka era ubiquitous computing akan benar-benar terwujud. Dengan adanya pembelajaran e-learning yang efektif maka pintu gerbang menuju ubiquitous computing sudah terbuka, dengan dimulai oleh para pelajar dan pengajar yang menguasai internet karena adanya e-learning, maka bukanlah hal yang tidak mungkin ubiquitous computing akan terwujud lebih cepat.
Oleh karena hal diatas saya menyimpulkan bahwa e-learning adalah awal untuk terbentuknya ubiquitous computing.
Sumber Referensi :
 Munir, M.IT. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. 2008
 Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. 2008

Ditulis oleh : Deasy Anggreini Pane (09-008)
Tanggal 25 Februari 2010
Pukul 21.30